Powered By Blogger

Jumat, 30 Maret 2012

Pendapat Ibnu Taimiyah Tentang Surat Al-Maidah: 55

Pendapat Ibnu Taimiyah Tentang Surat Al-Maidah: 55

Sebagai perbandingan, saya akan menyebutkan pernyataan Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah mengatakan: Sebagian pendusta telah membuat hadis palsu untuk menyatakan bahwa ayat ini untuk Ali ketika ia mensedekahkan cincinnya dalam shalat; ini adalah dusta menurut ijma’ ahli hadis, dan kedustaan ini benar-benar nyata.
Menurut Ibnu Taimiyah: Para ahli hadis sepakat bahwa ayat ini tidak turun untuk menyatakan keistimewaan Ali, dan Ali belum pernah mensedekahkan cincinnya ketika shalat; para Ahli ilmu hadis bersepakat bahwa kisah itu dusta dan dibuat-buat, jumhur ummat belum pernah mendengar kisah itu. ( Minhajus sunnah, jilid 2/30).
Kemudian para pengikut Ibnu Taimiyah mendengarkan dan setia mematuhi pembahasan-pembahasan ilmiahnya, lalu mereka merujuk kepadanya, dalam akidah, hukum, kebiasaan dan akhlak.
Seorang Qadhi Al-Iji, dan yang mulia Al-Jurjani serta tokoh-tokoh ulama kalam (teolog), dalam kitab-kitab mereka, menetapkan bahwa para mufassir sepakat ayat ini turun untuk Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan: sebagian pendusta telah membuat berita bohong ini, Ali belum pernah mensedekahkan cincinnya, dan para ahli ilmu hadis sepakat!!
Kesimpulannya, dengan pendapatnya ini Ibnu Taimiyah telah mendustakan ulama ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah dan Ahlul bait (sa) yang menyatakan keshahihan hadis tersebut.
Riwayat-riwayat hadis yang menyatakan bahwa ayat ini turun untuk Imam Ali bin Abi Thalib (sa) terdapat dalam kitab-kitab Ahlussunnah dan Ahlul bait (sa), antara lain:
1. Tafsir Ats-Tsa’labi tentang ayat ini
2. Tafsir Ath-Thabari
3. Asbabun Nuzul Al-Wahidi.
4. Tafsir Fakhrur razi
5. Tafsir Al-Baghawi
6. Tafsir Al-Qurthubi
7. Tafsir Abi Saud
8. Tafsir Asy-Syaukani
9. Tafsir Ibnu Katsir
10. Tafsir Al-Alusi
11. Ad-Durrul Mantsur As-Suyuthi
12. Tafsir Al-Kasysyaf
13. Tafsir Al-Ayyasyi
14. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn.
Ayat wilayah sebagai dalil kepemimpinan Ali bin Abi Thalib (sa)

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيْمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Dari segi kosa katanya dalam ayat ini terdapat kata Innama. Kata Innama menunjukkan adanya pembatasan, yang tidak akan diingkari oleh orang pun yang memahami kaidah ushul. Lalu apa makna wilayah dalam ayat ini? Secara lebih rinci akan kami bahas dalam bab hadis Al-Ghadir dan hadis Wilayah.
Dalam mazhab Ahlul bait (sa) hadis Wilayah adalah sabda Rasulullah saw:

علي منّي وأنا من علي وهو وليّكم من بعدي

“Ali dariku dan aku dari Ali, ia adalah pemimpin kalian sesudahku.” Kata wilayah juga terdapat dalam ayat ini yakni Waliyyukum.
Makna wilayah
Kata wilayah dalam bahasa Arab adalah musytarak, homonim. Musytarak dalam kaidah bahasa ada dua macam: Maknawi dan lafzhi. Tetapi kami yakin bahwa kata wilayah adalah musytarak maknawi, sehingga wilayah bermana: pemimpin, penanggung jawab, penegak.
Jika kita perhatikan konteknya kata wilayah dalam ayat ini menunjukkan makna: imamah, kepemimpinan. Yaitu menegakkan kepemimpinan, urusan dan hak-hak kaum muslimin (tidak bermakna penolong).
Di antara konteknya secara lafzhi terdapat dalam beberapa riwayat, antara lain:
Dalam tafsir Fakhrur Razi 11: 25, tafsir Ats-Tsa’labi dan kitab-kitab tafsirnya lainnya:

أنّ النبيّ (صلى الله عليه وآله وسلم) لمّا علم بأنّ عليّاً تصدّق بخاتمه للسائل، تضرّع إلى الله وقال: «اللهمّ إنّ أخي موسى سألك قال: (رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي وَاجْعَلْ لِي وَزيراً مِنْ أهْلِي هَارُونَ أَخِي اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيراً وَنَذْكُرَكَ كَثِيراً إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيراً) فأوحيت إليه: (قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسى) ، اللهمّ وإنّي عبدك ونبيّك فاشرح لي صدري ويسّر لي أمري واجعل لي وزيراً من أهلي عليّاً أُشدد به ظهري…» قال أبو ذر: فوالله ما استتمّ رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلم)الكلمة حتّى هبط عليه الامين جبرائيل بهذه الاية: (إنّما وليّكم الله ورسوله) إلى آخر الاية

Sesungguhnya ketika Nabi saw mengetahui Ali mensedekahkan cincinnya kepada peminta-minta, beliau bermunajat kepada Allah: “Ya Allah, sesungguhnya saudaraku Musa memohon kepada-Mu dengan permohonan: ‘Tuhanku, lapangkan dadaku, mudahkan urusanku, hilangkan kekakuan dari lidahku supaya mereka memahami perkataanku, dan jadikan bagiku seorang pembantu dari keluargaku yaitu Harun, kokohkan dengan dia kekuatanku, dan jadikan dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada-Mu dan banyak mengingat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Melihat keadaan kami.” (Thaha/20: 25-35). Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba-Mu dan Nabi-Mu, maka lapangkan dadaku, mudahkan urusanku, jadikan bagiku seorang pembantu dari keluargaku yaitu Ali, dan kokohkan dengan dia kekuatanku…”. Abu Dzar berkata: Demi Allah, belum selesai Rasulullah saw menyelesaikan permohonannya Jibril datang menyampaikan ayat ini (Al-Maidah: 55)
Dengan makna yang terkandung dalam riwayat ini, apakah masuk akal kata wilayah dalam ayat ini diartikan pertolongan dalam hal-hal yang sederhana? Bukankah sahabat-sahabat Nabi saw sudah memberi pertolongan dalam hal-hal yang lebih sederhana, baik secara materi maupun tenaga? Mengapa Rasulullah saw memohon seperti permohonan Nabi Musa (as)? Nabi Musa (as) memohon seorang pembantu dari keluarganya yaitu Harun, dan Rasulullah saw memohon Imam Ali (sa) sebagai pembantunya. Bukankah ini masalah yang paling besar yaitu persoalan kepemimpinan ummat? Bukankah suksesi kepemimpinan sangat menentukan segala aspek kehidupan Islam dan ummatnya? Bukankah perbedaan dan perselisihan ummat Islam sekarang ini akibat dari kegagalan suksesi kepemimpinan karena ulah sahabat-sahabat Nabi saw? Bukankah penyimpangan makna Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi saw, disengaja atau tidak disengaja, akibat dari persoalan ini? Coba Anda renungkan dengan teliti dan lapang dada! Kelak Anda pasti akan dipertanyakan oleh Allah swt tentang persoalan ini di akhirat? Agar Anda punya jawabannya di hadapan Allah nanti, maka renungkan persoalan ini dengan hati yang tulus ikhlash.
Jika kata wilayah dalam ayat ini diartikan pertolongan, Imam Ali (sa) sebagai penolong sudah masyhur, bahkan Imam Ali (sa) lebih mementing orang lain daripada dirinya sendiri. Karena kedermawanan Imam Ali (sa) sudah masyhur, tidak perlu Rasulullah saw bermohon seperti permohonan Nabi Musa (as), sehingga Jibril datang membawa ayat ini untuk menegaskan persoalan yang sangat penting ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar