Powered By Blogger

Kamis, 29 Maret 2012

Perkenalkan Akulah Kekerasan Alienatif

Perkenalkan Akulah Kekerasan Alienatif


Pernahkah anda melihat poster atau menonton film alien? Menurut saya menonton atau memandangi poster bergambar mahluk asing itu sangat-sangat menantang. Di satu sisi membuat bulu kuduk (bulu badan) berdiri, merinding karena takut. Dan ini menguji keberanian atau uji nyali. Di sudut lain betapa mengagumkan kemajuan produk teknologi perfiliman di dunia Barat. Melebihi film di negeri “sinetron” Indonesia. Ini menurut saya, lalu bagaimana dengan menurut anda?….Alien adalah makhluk asing yang tidak kita kenal, entahlah tidak diketahui kita, dari mana asalnya? Di mana rumahnya? Pokoknya tahu sebagai mahluk asing hidupnya jauh dari dunia manusia. Barangkali makluk itu hidup di luar angkasa. Jauh dari bumi manusia.
Alien itu datang ke bumi, dan sesampainya di bumi ia perlu berkembang biak. Salah satu tempat untuk berkembang biak adalah di dalam tubuh manusia. Di sana di dalam perut dan di seluruh tubuh bahkan darah manusia, menjadi tempat hangat bagi tumbuhnya bayi alien baru yang sehat dan gemuk. Kalau nonton film Alien, dalam film itu ditunjukan bila ada orang kerasukan alien hukumannya adalah mengasingkan mereka yang telah dirasuki alien ke tempat jauh dari manusia lainnya. Atau dikenal dengan istilah dialienasi (diasingkan) dari kehidupannya sebagai manusia biasa (normal). Atau pilihan kedua kedua, ini adalah bahkan yang paling ekstrim yaitu, dieksekusi mati, keputusan terbaik adalah membunuh dan membumihanguskan atau memusnahkan manusia yang telah dirasuki alien. Barangkali itu dua solusi terbaik, agar manusia yang lain tidak menjadi korban mahkluk itu.
Bacaan ini tidak akan kita bahas soal film Alien, dan tentang bentuk makhluk asing yang menyeramkan itu. Melainkan akan dijelaskan apa itu alienasi? Dan kekerasan alienatif? Kata alienasi asalnya dari bahasa Perancis, dalam bahasa Indonesia menjadi tiga pemaknaan: 1) keadaan merasa terasing (terisolasi) ; 2) penarikan diri atau pengasingan diri dari kelompok atau masyarakat; 3) pemindahan hak milik dan pangkat kepada orang lain. (J. Badudu, 2005, 14).
Sedangkan berikutnya adalah pemaknaan mengenai alienatif. Pemaknaan ini cukup negatif. Orang yang tubuhnya sudah dimasuki alien diasingkan atau dibunuh, seperti kisah dalam film di atas. Artinya ada unsur kesengajaan untuk membinasakan manusia yang diketahui telah dimasuki mahluk alien. Hak hidup mereka sudah hilang terancam oleh makhluk yang bersarang dalam tubuh maupun oleh manusia yang harus terpaksa dengan sadar memusnahkannya melalui kekerasan baik secara fisik ditembak mati maupun non fisik yaitu melalui peracunan dan sebagainya. Alienatif itu suatu fenomena dari empat bentuk kekerasan yang sudah sering terjadi di dalam kehidupan manusia. Kempat bentuk kekerasan itu adalah : 1) kekerasan lansung; 2) kekerasan tak langsung; 3) kekerasan represif; 4) kekerasan alienatif. (Jamil Salmi. 2005, 41-42). Kesemua itu terjadi dalam kehidupan manusia.
Lebih spesifik tulisan ini akan mengkaji tentang kekerasan alienatif. Seperti Jamil Salmi kemukakan bahwa kekerasan alienatif itu sebagai upaya yang diilakukan untuk mencabut hak-hak individu yang lebih tinggi, misalnya hak pertumbuhan kejiwaan (emosi), budaya atau intelektual (rights to emotional, cultural, or intellectual growth).
Konsep tentang kekerasan jenis ini barangkali memiliki dua makna. Ini tergantung latar belakangnya, yaitu makna subyektif dan obyektif. Dalam makna sunbyektif, alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi di mana seseorang merasa asing dengan dirinya sendiri, kebudayaan, lingkungannya, atau juga asing atau tidak tahu atau tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa daerahnya. Dalam makna obyektif, alienasi merupakan sebuah fenomena sosial di mana seseorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasibnya hidup sendiri, (Jamil Salmi. 2005, 182) hak hidup seseorang hilang, kebebasan, kemerdekaan seseorang terampas atau pun dirampas, dicabut atau dihilangkan oleh pihak-pihak tertentu.
Di dunia ini salah satu tindakan nyata mengenai kekerasan alienatif yang paling kejam dan sudah dan sedang terjadi adalah apa yang disebut dengan pemusnahan etnis (ethnocide). Genosida selain pembunuhan terhadap manusia, genoside juga dilakukan oleh pihak tertentu yang ingin berkuasa dan menguasai bangsa, suku lain. Dapat juga genosida dilakukan berupa tindakan yang betul-betul mengubah kondisi material atau sosial menjadi satu identitas kultural kelompok tertentu oleh pihak yang ingin mendominasi bangsa, suku, agama lain.
Penghilangan identitas seseorang itu dapat berupa budaya, ketika anak-anak diajar (paksa) dengan bahasa resmi selain bahasa ibu (sebagaimana di sebagian besar negara Afrika, bahasa dan budaya aslinya hilang digantikan dengan budaya kolonial penjajah dari Barat, atau bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional menghilangkan bahasa daerah di afrika). Biasanya dilakukan melalui berbaai cara misalnya melalui kurikulum pendidikan. Kurikulum itu disusun secara sistematis unuk mengesampingkan latar belakang budaya siswa, atau menyusun buku-buku sejarah yang secara sengaja hanya mengkaji peristiwa-peristiwa yang dianggap penting bagi kelompok budaya tertentu (misalnya pembasmian suku Armenia oleh penguasa Turki, atau sejarah Jepang ketika menaklukkan Mancuria).
Atau ketika beberapa kelompok budaya dilarang mengekspresikan identitasnya secara bebas ( misalnya, Orang-orang Bulgaria keturunan Turki dipaksa menggunakan nama yang sepenuhnya Bulgaria atau orang keturunan Tionghoa (Cina) di Indonesia yang harus mengubah namanya dengan nama Indonesia. Atau bahkan misalnya di Papua pengaruh agama Kriten dan Islam mengubah nama-nama kas Papua, dulunya Auki, Dumapi, Buyaiwiyai dsb. Sekarang setelah dominasi agama terjadi ada nama misalnya Yohanes, Abdul, Ellia dan sebagainya, atau misalnya dalam pendidikan di Indonesia (sekolah) di Papua mengapa tidak ada atau diajarkan sejarah Papua Barat, di Kalimantan tidak pernah diajarkan sejarah Kalimantan, di Flores sekolah tidak mengajarkan sejarah Flores dan sebagainya.
Bisa juga terjadi berupa ukuran-ukuran ekonomi atau sosial mungkin juga memiliki dampak negaif, jika sampai menyebabkan perubahan yang besar terjadi terhadap kondisi ekonomi akibat hidup secara material suatu kelompok sehingga terjadi tantangan yang serius bagi bentuk budayanya. Shah Iran yang memaksa orang-orang nomaden untuk tinggal menetap di Iran atau pemaksaan suku tertentu untuk masuk ke dalam kehidupan modern (misalnya Suku Indian di Kawasan Aliran Sungai Amazon atau suku Aborigin di Australia), atau misalnya seperti suku Amungme di Papua awalnya hidup di atas gunung Manangkawi (Grasberg), kemudian dipindahkan secara paksa ke lembah dan di sana mereka menderita berbagai jenis penyakit, terutama malaria dan banyak yang meninggal. Konsep alienatif dapat juga digunakan untuk menjelaskan fenomena kehidupan sehari-hari yang lebih umum, misalnya situasi kerja yang tidak manusiawi di industri tertentu (pekerjaan rutin, pemaksaan hubungan kerja yang hirarkis, format hubungan industri yang menenkan ), atau peminggiran orang-orang yang berusia lanjut dengan menolak peran sosialnya (Jamil Salmi, 2005, 38-40).
Alienatif dapat terjadi dalam bentuk pengasingan sosial melalui tindakan seperti pemberian stigmatisasi, seperti separatis, jorok, bodok, primitif yang kemudian adalah bertujuan memojokan dan bahkan untuk tujuan memusnahkan kelompok dari masyarakat tertentu. Misalnya rendahnya pemahaman mengenai HIV/AIDS, orang dengan sadar menggagalkan atau menghentikan pergaulan sehari-hari dengan penderita positif HIV, dan bahkan terhadap pemusnaan etnis yang sudah pernah terjadi di belahan dunia terhadap suku-suku pribumi, terhadap agama tertentu. Ini semua adalah bentuk kekerasan dari alienatif sebagai wujud dari kekerasan kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar