Rahasia Infak
Infak adalah bagian dari persoalan
terbesar yang sangat diperhatikan oleh Islam. Infak termasuk ke dalam
rukun Islam. Di dalam infak terdapat hak-hak manusia. Infak menjadi
sarana yang wajib dan sunnah untuk memenuhi kebutuhan manusia, melalui:
zakat, khumus, kifarat yang bersifat harta, fidyah, infak-infak wajib
dan sunnah, dan sedekah sunnah. Juga melalui: wakaf, wasiat, hibah, dan
lainnya.
Dengan semua itu diharapkan dapat
meningkatkan penghidupan lapisan bawah yang tak mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dari mereka yang berkecupan
harta. Hal ini dimaksudkan agar terjalin kedekatan dan hubungan kasih
sayang antara lapisan bawah dan lapisan atas. Dari sisi yang lain, agar
mereka yang berada di lapisan atas tidak menampakkan kemewahan dan
perhiasan yang berlebihan secara umum, dan juga kemewahan yang tak dapat
dijangkau oleh tapisan menengah; selain itu agar mereka terhindar dari
kehidupan israf dan tabdzir, hidup berlebihan dan mubadzdzir.
Semua itu bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan manusia yang seimbang, menghidupkan persatuan dan
persaudaraan, mematikan pertikaian, mengikis keinginan-keinginan jahat,
dan menghilangkan kedengkian. Al-Qur’an memandang bahwa agama yang benar
adalah mengatur kehidupan manusia dalam segala persoalannya, memprogram
kehidupan manusia agar ia dapat mencapai kebahagiaan dalam jangka
pendek dan jangka panjang. Dengan program ini diharapkan manusia dapat
mengenal dan melaksanakan makrifat-makrifat yang benar, berakhlak dengan
akhlak yang mulia, memiliki penghidupan yang baik sesuai dengan karunia
yang Allah anugrahkan di dunia; serta menyelamatkan manusia dari
hal-hal yang tidak diinginkan, penyakit-penyakit hati dan
kendala-kendala material.
Semua ini tak akan dapat diatasi secara
sempurna kecuali dengan penghidupan yang baik, memperbaiki kehidupan
lapisan bawah dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Tujuan
ini juga tak akan tercapai kecuali dengan memaksimal fungsi harta dan
kekayaan materi. Caranya mengefektifkan program infak orang-orang kaya,
dengan menanamkan keyakinan yang kuat bahwa: semua orang mukmin
bersaudara, bumi kepunyaan Allah, dan harta adalah milik-Nya.
Kenyataan inilah yang ditetapkan dalam
Sirah Nabawiyah, perjalanan hidup Rasulullah saw, dengan segala
keutamaannya, penataan masyarakat dan pertumbuhannya, kesehatan dan
persaudaraan, keharmonisan dan keindahannya.
Sangat disayangkan keindahan masyarakat
Rasulullah saw tidak berlangsung terus pada masa-masa sesudahnya. Hal
ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):
“Kalian telah berada di suatu zaman yang tidak bertambah kebaikan
kecuali mengbelakanginya, keburukan kecuali menjemputnya, setan dalam
merusak manusia kecuali ketamakan. Inilah waktu-waktu sekarang yang
dikuatkan persiapannya, disebarkan tipudayanya, diumpankan mangsa
binatang buasnya. Pandanglah dengan matamu dimanapun kamu berada: Apakah
kamu melihat kecuali orang fakir yang menderita karena kefakirannya?
Atau orang kaya yang menggatikan nikmat Allah dengan kekufuran? Atau
orang bakhil yang mengambil kebakhilan dengan hak Allah dalam kekayaan?
Atau orang durjana yang seolah-olah mendapat izin Allah untuk mendengar
nasehat-nasehat dalam ketulian?” (Nahjul Balaghah)
Di abad modern ini semakin nampak
kebenaran teori Al-Qur’an. Yakni perintah menciptakan pendekatan antara
lapisan bawah dan lapisan atas melalui infak, dan melarang lapisan atas
bergaya hidup mewah dan menampakkan kemegahan.
Setelah peradaban barat mendominasi
dunia, maka hilanglah keseimbangan hidup manusia. Mereka berharap hidup
kekal di dunia, berlebihan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hewaninya,
dan membuka lebar pintu-pintu penyakit jiwa. Mereka mempersiapkan dan
mencurahkan semua kekuatan untuk menumpuk harta kekayaan, dan membiarkan
lapisan bawah hidup dalam kesengsaraan dan terhalang dari
kesejahteraan. Lapisan atas saling memangsa antara yang satu dengan yang
lain, sehingga sekelompok kecil manusia yang dapat menikmati
kebahagiaan material, dan kebanyakan manusia tak mendapat peluang untuk
ikut serta merasakannya. Semuanya dikuasai oleh manusia hitam.
Keadaan ini telah berakibat fatal dalam
keburukan mental manusia di kedua lapisan yang ekstrim: lapisan bawah
dan lapisan atas. Masing-masing melakukan aktivitas yang mengarah pada
konflik horizontal, sehingga timbul pertentangan yang ekstrim antara dua
kelompok tersebut. Permusuhan antara yang kaya dan yang fakir, yang
merasakan kenikmatan materi dan yang terhalangi, yang berada dan yang
tak berdaya, lalu terjadilah perang dunia, muncullah kelompok sosialis,
hilanglah hakikat dan keutamaan hidup, dan pergilah kedamaian,
ketenteraman dan kebaikan hidup dari jantung kehidupan manusia.
Kenyataan inilah yang kita saksikan dalam kehidupan di abad modern ini,
yakni kerusakan alam dan kehidupan manusia.
Faktor utama kerusakaan ini adalah
tertutupnya pintu infak dan terbuka pintu riya’, pamer kekayaan. Hal ini
akan dijelaskan dalam tujuh ayat berikutnya, yakni ayat-ayat tentang
infak.
Jika Anda membenarkan apa yang telah kami sebutkan, maka renungi apa yang disebutkan oleh Allah swt dalam surat Ar-Rum:
فَأَقِمْ وَجْهَك لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطرَت اللَّهِ الَّتى فَطرَ النَّاس عَلَيهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِك الدِّينُ الْقَيِّمُ وَ لَكِنَّ أَكثرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ .مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَ اتَّقُوهُ وَ أَقِيمُوا الصلَوةَ وَ لا تَكُونُوا مِنَ الْمُشرِكينَ .مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَ كانُوا شِيَعاً كلُّ حِزْبِ بِمَا لَدَيهِمْ فَرِحُونَ. وَ إِذَا مَس النَّاس ضرٌّ دَعَوْا رَبهُم مُّنِيبِينَ إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا أَذَاقَهُم مِّنْهُ رَحْمَةً إِذَا فَرِيقٌ مِّنهُم بِرَبِّهِمْ يُشرِكُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
pada agama, fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah agama yang lurus).
Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali bertaubat
kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada
golongan mereka. Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka
menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabali
Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya,
tiba-tiba sebagian mereka mempersekutukan Tuhannya.” (Ar-Rum: 30-33).
فَئَاتِ ذَا الْقُرْبى حَقَّهُ وَ الْمِسكِينَ وَ ابْنَ السبِيلِ ذَلِك خَيرٌ لِّلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ وَ أُولَئك هُمُ الْمُفْلِحُونَ .وَ مَا ءَاتَيْتُم مِّن رِّبًا لِّيرْبُوَا فى أَمْوَالِ النَّاسِ فَلا يَرْبُوا عِندَ اللَّهِ وَ مَا ءَاتَيْتُم مِّن زَكَوةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَئك هُمُ الْمُضعِفُونَ
“Maka berikanlah kepada kerabat yang
terdekat akan haknya, demikian juga kepada fakir-miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
mencari keridhaan Allah, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan sesuatu yang riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (Ar-Rum
38-39)
ظهَرَ الْفَسادُ فى الْبرِّ وَ الْبَحْرِ بِمَا كَسبَت أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْض الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. قُلْ سِيرُوا فى الأَرْضِ فَانظرُوا كَيْف كانَ عَقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلُ كانَ أَكثرُهُم مُّشرِكِينَ. فَأَقِمْ وَجْهَك لِلدِّينِ الْقَيِّمِ مِن قَبْلِ أَن يَأْتىَ يَوْمٌ لا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ يَوْمَئذٍ يَصدَّعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke
jalan yang benar. Katakanlah: adakan perjalanan di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu. Kebanyakan dari
mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah. Oleh karena
itu, hadapkanlah wajahmu pada agama yang lurus sebelum datang dari Allah
suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka
terpisah-pisah.” (Ar-Rum: 41-43)
Ayat-ayat yang semakna dengannya juga terdapat dalam surat Hud, Yunus, Al-Isra’, Al-Anbiya’ dan lainnya, insya Allah akan kami jelaskan pada bagiannya.
Ayat-ayat yang semakna dengannya juga terdapat dalam surat Hud, Yunus, Al-Isra’, Al-Anbiya’ dan lainnya, insya Allah akan kami jelaskan pada bagiannya.
Kesimpulannya, karena itulah ِAl-Qur’an
memerintahkan melalui ayat-ayat tentang infak agar mengefektifkan
program infak. (Disarikan dari tafsir Al-Mizan 2: 387)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar