AlFatihah
Ayat 6
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Untuk kehidupan
manusia terdapat bermacam-macam jalan. Jalan yang ditentukan sendiri oleh
manusia berdasarkan keinginan dan tuntutan-tuntutan pribadi, jalan yang
dilalui oleh masyarakat, jalan yang dilewati oleh orang-orang tua dan
orang-orang bijak kita, jalan yang digariskan untuk masyarakat oleh para
taghut dan penguasa lalim, jalan kelezatan lahiriyah duniawi, atau jalan
uzlah atau pengasingan diri dari segala bentuk aktifitas sosial.
Di antara sekian
banyak jalan dan berbagai cara hidup, apakah manusia tidak memerlukan
petunjuk untuk dapat menemukan jalan yang lurus? Allah telah mengutus
para nabi dan menurunkan kitab-kitab samawi. Dan hidayah kita terletak
pada ketaatan dan kesungguhan kita dalam mentaati Rasulullah SAWW, Ahlul
Bait, dan AlQuranul Karim. Oleh sebab itulah dalam setiap salat kita
memohon kepada Allah agar menunjuki kita jalan-Nya yang terang dan lurus.
Jalan lurus
adalah jalan tengah dan moderat. Jalan yang lurus berarti jalan
keseimbangan dan kemoderatan di dalam segala urusan serta keterjauhan dari
segala bentuk sifat ekstrim. Sebagian orang dalam menerima pokok-pokok
akidah mengalami penyimpangan, sementara sebagian yang lain dalam amal
perbuatan dan akhlak, dan yang lain menisbatkan segala perbuatan kepada
Allah sehingga menurut mereka manusia tak lagi memiliki kehendak dan peran
dalam menentukan nasib sendiri. Ada pula orang lain yang menganggap
dirinyalah yang menentukan segala urusan dan pekerjaan sehingga menurut
mereka Allah SWT tak lagi memiliki peran sama sekali.
Sebagian orang
kafir menganggap para pemimpin agama Ilahi sebagai manusia biasa dan
bahkan martabatnya lebih rendah lagi, sebagai orang gila, misalnya. Di
lain pihak, sebagian orang yang mengaku beriman menganggap beberapa nabi
seperti Nabi Isa Al-Masih as sedemikian tinggi derajatnya sehingga
mencapai batas ketuhanan. Pikiran semacam ini menunjukkan penyimpang
dari jalan yang lurus yang dicontohkan oleh Rasulullah SAWW dan Ahlul Bait
as.
Al Qur'an Al
Karim juga memerintahkan kita agar menjaga keseimbangan dan jalan tengah
dalam urusan ibadah, ekonomi dan sosial. Beberapa ayat berikut ini adalah
contoh yang akan kita tampilkan: Di dalam ayat 31 surat Al-A'raf, Allah
SWT berfirman yang artinya:"Makan dan minumlah, akan tetapi janganlah
kalian berlebihan". Di dalam ayat 110 surat Al-Isra' Allah SWT berfirman
yang artinya: "Janganlah kalian meninggikan bacaan shalat kalian dan
janganlah memelankannya. Carilah jalan tengah di antara keduanya".
Demikian pula di dalam ayat 67 surat Al-Furqan, Allah SWT berfirman: "Dan
orang-orang yang jika menafkahkan harta, tidak berlebihan dan tidak pula
terlalu kikir. Mereka mengambil jalan tengah di antara keduanmya".
Islam sangat
menekankan agar anak berbakti dan berlaku baik terhadap kedua orang
tuanya, dan berkata, `wabil waalidaini ihsaanaa` yang artinya, "Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua". Sungguhpun demikian, Al Qur'an
juga mengatakan, `falaa thuti` humaa artinya, "Jangan engkau
mentaati keduanya", yaitu ketika kedua orang tua mengajak kepada perbuatan
tidak baik.
Kepada orang
yang mengejar ibadah dengan mengasingkan diri dari masyarakat, atau orang
yang beranggapan bahwa mengabdi kepada rakyat adalah satu-satunya ibadah,
Al Qur'an mengajukan shalat dan zakat secara bergandengan dalam ayatnya
yang berbunyi, `aqiimush shalata wa aatuz zakaah` artinya
"Dirikanlah shalat dan keluarkanlah zakat".
Kita tahu bahwa
salat adalah hubungan antara makhluk dengan Khaliq. Sedangkan zakat adalah
hubungan antara sesama makhluk. Orang-orang beriman yang sebenarnya adalah
mereka yang memiliki dua unsur sekaligus, yaitu daya tolak dan daya tarik.
Di dalam ayat terakhir surat Al-Fath, Allah SWT berfirman,
"Muhammad adalah
utusan Allah. Dan orang-orang yang bersamanya bersifat keras terhadap
orang-orang kafir tetapi berlemah lembut terhadap sesama".
Adapun poin yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat ke 6 surat
Al-Fatihah ini adalah sebagai berikut:
Pertama,
jalan kebahagiaan adalah jalan yang lurus yaitu shirat al-mustustaqim.
Karena:
- Jalan Allah
yang lurus bersifat tetap, berbeda dengan jalan-jalan atau cara hidup yang
dibuat oleh manusia yang setiap saat berubah-ubah.
- Jarak
terpendek antara dua titik adalah garis lurus yang merupakan sebuah jalan
yang tidak lebih dan sama sekali tidak memiliki belokan dan tanjakan.
Sehingga dalam waktu yang sangat singkat ia akan membawa manusia sampai ke
tujuan.
Kedua,
dalam memilih jalan juga dalam usaha bertahan untuk tetap berada di atas
jalan yang lurus, kita harus memohon pertolongan dari Allah. Karena kita
selalu berada dalam ancaman kekeliruan dan kesesatan. Dan jangan dikira
bahwa selama ini kita tidak pernah mengalami kesesatan dan penyimpangan
dan kita pun akan selamanya berada di jalan yang lurus. Betapa banyak
manusia di antara kita yang telah menghabiskan sebagian umurnya dengan
iman, namun dia melupakan Allah ketika telah memperoleh kekayaan atau
pangkat dan kedudukan.
Oleh karena
pengenalan jalan yang lurus adalah pekerjaan yang sulit, maka ayat
selanjutnya selain menampilkan para teladan bagi kita agar dapat mencontoh
mereka dalam rangka menemukan jalan yang lurus ini, juga menampilkan
orang-orang yang menyimpang dari jalan ini agar kita tidak tersesat
seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar