Powered By Blogger

Kamis, 29 Maret 2012

Seksi


Seksi

                      
Marahkan saya karena dianggap berpikiran negatif oleh wanita yang mengenakan pakaian seksi. Sejujurnya—walau inginnya bilang tidak—saya marah.
Saya selalu percaya dengan anggapan ini: Lelaki mana yang tidak menoleh melihat wanita yang pamer bagian tubuhnya. Tetapi, entah kenapa alasan ini sering dianggap klise. Tetap saja pikiran kotor saya yang disalahkan.
Saya berpikir kotor kan karena melihat sesuatu yang kotor. Masak iya saya berpikir bersih kalau melihat sampah yang kotor.
Ternyata kita hanya saling menunjuk-nunjuk kesalahan. Wanita menunjuk pria berotak sempit bahkan menghina kecerdasan pria karena melihat (maaf) paha saja nafsu, dan lain-lain. Sungguh dikatakan salah, saya tidak terlalu tersinggung, tapi jika dikatakan tidak berintelektual saya tersinggung juga.
Entahlah, mungkin pengaruh modernisasi yang begitu cepat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan sehingga sikap pun sudah banyak bergeser. Apakah salah, jika saya masih mempercayai pesan lama soal nilai dan moral? Atau kalau pertanyaannya dibalikkan padanya, apakah iya yang kamu percayai itu benar? Padahal kamu tahu kalau pria-pria disini (katanya) berotak mesum, kok masih berani berpakaian seksi.
Jika memang kami bodoh dan Anda cerdas, kenapa Anda harus bersusah payah berpakaian seksi untuk menarik perhatian kami, kaum pria. Kan bisa mengandalkan intelektualitas Anda saja. Yang saya yakin lebih tahan lama, daripada kecantikan yang akan segera kisut.
Oke. Saya tidak mempermasalahkan Anda berpakaian seksi atau tidak.
Tapi menganggap kami (lelaki) sebagai penyebab segala keburukan (pelecehan, dll) yang dialami wanita, sungguh tidak bijak.
Anda harus paham, bahwa di dunia ini berlaku hukum sebab-akibat.
Jika tidak mau menerima akibat, ya jangan mencari-cari sebab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar